Hati kita kan senantiasa mengalami pergumulan dan pergulatan yang seru dengan syetan. Peperangan yang tak kenal henti hingga di penghujung kematian. Menang dan kalah adalah hal yang mesti terjadi dalam sebuah peperangan. Harus diakui bahwa kita pernah ditundukkan oleh syetan.
Bagaimana kondisi kita saat ini? Apakah sedang konfrontasi, atau kita saat ini menjadi tawanannya. Tersadarkah kondisi kita saat ini?
Berikut diantara yang mungkin menjadi penghalang untuk shalat malam.
1. Bukan hal yang wajib
Betapa banyak orang yang melalaikan sesuatu yang wajib, apalagi yang sunnah. Mengapa shalat malam segala? Jadi wajar jika tidak shalat malam
2. Cuma ibadah tambahan
Jika kita perhatikan, akan senang sekali bila bisa mendapatkan penghasilan tambahan, ada perhitungan keuntungan yang di dapatkan dari kerja lembur. Ada sesuatu yang diincar dari kerjaan sampingan.
Tapi mengapa tidak tertarik dengan tawaran yang Allah berikan? Ada apa ini?
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Israa’ : 78-79)
Rasulullah SAW bersabda :”Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharam, bulannya Allah. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. (HR. Muslim)
3. Lemah Iman
Lemahnya keimanan seseorang menjadi energi besar untuk tidak memproduksi kebaikan. Keimanan yang lemah akan cenderung kepada kemaksiatan. Keimanan yang lemah menjadi tak bergairah untuk beramal.
4. Di ikat dan dikencingi oleh Syetan
Menganggapnya sebelah mata, ah itu kan bukan hal yang wajib, cuma ibadah tambahan saja. Plus memang iman lagi lemah, jadilah ia menjadi bulan-bulan hantaman syetan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): 'Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.' Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih).” (Muttafaqun ‘alaih)
Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya.” (Muttafaqun ‘alaih).
5. Tidak ingat dengan kematian dan enggan mendapatkan kemuliaan
Rasulullah SAW bersabda, ''Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah siapa saja yang kamu kehendaki, sesungguhnya kamu akan berpisah dengannya. Dan, berbuatlah sesukamu, sesungguhnya kamu akan mendapat balasan atas perbuatan itu.'' Lalu, ia berkata, ''Wahai Muhammad, kemuliaan orang yang beriman terletak pada shalat malam. Kemuliaannya jika terletak pada terlepasnya ia dari ketergantungan terhadap manusia.'' (HR Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Baihaqi).
Masih banyak lagi berjuta alasan yang mendorong seseorang untuk tidak memproduksi kebaikan. Kemanakah kecenderungan hati kita untuk bergerak, berbuat kebaikan atau berbuat keburukan?
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya." Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."
0 komentar:
Posting Komentar